Selasa, 23 September 2008

Ini Dia, KKN (yang) ga akan ditangkap KPK.

Sepintas saja kita mendengar kata “KKN” rasanya panas kuping kita, apalagi jika ditambah embel-embel pejabat yang melakukan praktek “KKN”, hummmffhhh bukan panas lagi, mendidih rasanya melihat kenyataan bahwa banyak hak warga miskin yang “termakan”(red: atau malah dimakan ya?) oleh mereka. Namun sekarang, apa jadinya jika Mahasiswa yang melakukan KKN ?!


Eiittsss, jangan dulu berpikir bahwa KKN “yang itu”, yang dijalani Mahasiswa. Jika iya, tak mungkin lah banyak perguruan tinggi yang malah mewajibkan mahasiswanya melakukan KKN ini.


Lalu apa sebenernya KKN yang sedang kita bicarakan ini ?!


Tampaknya sebagian dari pembaca udah mulai bisa menebak, KKN macam apa yang justru “menyehatkan” masyarakat, bukan yang “menyakitkan” bangsa ini.
Ya! KKN ini adalah Kuliah Kerja Nyata, dan saat ini untuk membedakan dengan istilah KKN yang Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka ditambahkanlah kata Mahasiswa di belakang istilah itu, maka jadilah KKNM (Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa).


Dari syntom mungkin sama, tapi sama sekali bukan sinonim, bahkan malah (mungkin) antonim. Yang satu bertujuan untuk kepentingan diri sendiri dan memperkaya materi diri sendiri yang jelas-jelas dengan cara yang picik, namun yang satu lagi malah bertujuan demi membangun masyarakat dan mencoba lebih memperkaya masyarakat, minimal dengan wawasan.
Program KKNM ini, merupakan suatu program yang berada di bawah Lembaga Pengadian Masyarakat masing-masing universitas. Namun bukan hanya keuntungan bagi masyarakat, mahasiswapun dilatih untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatnya di bangku kuliah, di tengah masyarakat, mengabdi kepada masyarakat. Biasanya tempat yang dipilih adalah beberapa daerah yang masih terbelakang, atau memiliki masalah sosial masyarakat, agar lebih efektif. Waktu untuk melaksanakan KKNM inipun berlangsung selama minimal 2 bulan.


Selama 2 bulan tersebut, para mahasiswa peserta KKNM, akan melakukan survey terlebih dahulu terhadap keadaan lingkungan sekitar. Mulai dari pengenalan perangkat desa, babinsa, PKK, Karang Taruna, maupun para tokoh masyarakat setempat. Hendaknya para mahasiswa mengetahuinya untuk membuat gambaran deskriptif mengenai daerah tersebut.


Setelah memiliki data yang cukup, mulailah para mahasiswa terpelajar ini merancang program-program yang diharapkan mampu mengatasi beberapa masalah yang didapat selama proses penelitian. Dan yang ga kalah penting, program-program pengembangan tersebut diharapkan merupakan aplikasi teori yang didapatkan di bangku kuliah masing-masing.


Para mahasiswa kedokteran gigi biasanya melakukan kampanye kesehatan gigi atau penyuluhan kesehatan gigi di lingkungan masyarakat, sekolah, dll. Mahasiswa pertanian tak mau kalah dengan memberikan penyuluhan pertanian, begitu juga dengan mahasiswa dari fakultas yang lain. Fakultas Komunikasi misalnya, (red: contohnya penulis), bisa membuat program-program seperti pembuatan papan komunikasi, bekerja sama denga Karang Taruna untuk membuat buletin mingguan atau bulanan, dan bisa apa saja, yang bisa menunjang terlaksanakan komunikasi yang baik antar warga.


Pada awal dan akhir masa KKNM ini, para mahasiswa biasanya melakukan lokakarya guna mempresentasikan program-programnya di hadapan para perangkat desa (red: contohnya camat, lurahsekdes, dll. Bahkan jika beruntung Bupati pun bisa datang ke lokakarya ini).
Masa 2 bulan memang tidak cukup untuk membangun suatu daerah, tapi minimal ada penambahan wawasan atau ke depannya dapat memberikan rangsangan bagi pemerintah setempat untuk meneruskan program-program tersebut apabila dirasa bermanfaat.


Saya sendiri menulis artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi. 2 tahun yang lalu saya mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa selama 2 bulan penuh. Saat itu saya ditempatkan di daerah Plered Cirebon, tepatnya di desa Sarabau. Bersama 17 orang mahasiswa lainnya, kami mencoba memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan mencoba membuat program yang diharapkan bisa berkesinambungan atau dapat bertahan lama. Ya, realisasinya alhamdulillah tidak mengecewakan. Bahkan warga desa Sarabau sangat antusias dengan program-program yang kami laksanakan.


Ada sedikit kenang-kenangan saat saya dan teman-teman akan mengakhiri program KKNM di desa Sarabau, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, ketika kami menyerahkan Gapura/Batas Desa antara Desa Sarabau dengan desa Gamel, saat itu ada sebuah surat kabar harian lokal yang meliputnya. Berikut beritanya saya tampilkan, semoga bermanfaat.
(Silahkan perbesar gambar untuk melihat detail)



Ternyata memang waktu 2 bulan dirasakan sangat singkat, mengingat kebersamaan yang telah terjalin antara warga dengan mahasiswa juga antara mahasiswa peserta KKNM sudah dirasa sangat dekat. Maka, pada saat masa KKNM habis, bukan hanya meninggalkan air mata, namun juga sejuta kenangan yang tidak akan terlupakan :-) :-) :-) .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UrComment'sSpot...